Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Azerbaijan Berhasil Menguasai Nagorno-Karabakh, Apa Konflik dengan Armenia Berakhir ?
Quote:


Dua negara yang dulu sempat menjadi bagian dari Uni Soviet diambang perang ketiga, hal itu hampir terjadi setelah pada 19 September pihak Azerbaijan kembali menggempur Nagorno-Karabakh memakai artileri dan senjata presisi. Pihak Azerbaijan mengatakan bahwa, mereka sedang melancarkan operasi anti-teroris untuk melumpuhkan aset militer milik separatis pro-Armenia serta untuk mengusit pasukan Armenia keluar dari Nagorno-Karabakh.

Mengutip artikel Al Jazeera, serangan dilancarkan hanya beberapa jam setelah 4 polisi dan 2 warga Armenia meninggal dunia akibat ledakan ranjau darat di wilayah Nagorno-Karabakh. Pihak Azerbaijan menuduh separatis pro-Armenia telah memasang ranjau tersebut, tuduhan yang dibantah oleh Armenia.

Sementara itu, sehari setelah Azerbaijan menggempur Nagorno-Karabakh, langkah gencatan senjata kemudian diambil. Proposal gencatan senjata itu dibuat oleh Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia yang ditugaskan di Nagorno-Karabakh. Gencatan senjata dimulai pada Rabu siang waktu setempat (20/09/2023) pada pukul 13.00. Dalam sebuah pernyataan, separatis Armenia mengaku telah kalah jumlah.

Isi dari proposal gencatan senjata tersebut adalah penarikan pasukan Armenia dari zona penempatan Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia, dalam proposal tersebut juga disebutkan bahwa harus dilakukan pelucutan senjata dari zona penempatan tersebut. Sementara pada hari Kamis (20/09/2023) pejabat Azerbaijan bertemu dengan perwakilan komunitas Armenia di Nagorno-Karabakh, pertemuan dilakukan di kota Yevlakh untuk membahas reintegrasi wilayah yang disengketakan berdasarkan hukum dan konstitusi Azerbaijan.

Quote:


Otoritas Republik Artsakh (sebutan separatis pro-Armenia untuk Nagorno-Karabakh) mengatakan mereka menyerah karena pasukan Azerbaijan telah berhasil masuk pos terdepan dan menguasai berbagai lokasi yang strategis. Selain itu, pasukan Azerbaijan jumlahnya juga lebih banyak dibanding pasukan separatis pro-Armenia. Selama pertempuran 24 jam dengan Azerbaijan, 100 orang separatis pro-Armenia meninggal.

Sementara itu, Sekretaris Dewan Keamanan Armenia Armen Grigoryan menyalahkan Rusia yang tidak berupaya menghentikan serangan ke wilayah Nagorno-Karabakh. Dia menyebut bahwa, Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia telah gagal melaksanakan tugasnya untuk melindungi Nagorno-Karabakh. Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan tuduhan itu tidak berdasar. Menurutnya, Rusia telah membantu mengevakuasi 2.000 orang etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh pada Selasa malam. Selain itu, Rusia juga sedang melakukan dialog dengan kedua negara yang berseteru.

Dmitriy Peskov mengatakan, saat ini Moskow sedang berupaya mengatur panggilan telepon antara Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Valdimir Putin terkait insiden di Nagorno-Karabakh. Selain itu, Moskow juga akan menghubungi Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev jika diperlukan.

Situasi di dalam negeri Armenia juga cukup semrawut. Di mana telah terjadi aksi protes besar-bearan yang dialakukan warga Armenia di ibu kota Yerevan dan kedutaan besar Rusia. Mereka menuntut Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan untuk mundur dari jabatannya, karena tidak bisa melindungi warga Armenia di Nagorno Karabakh. Di depan kedutaan besar Rusia, mereka melakukan aksi protes dan meminta Rusia meninggalkan negaranya.

Quote:


Sebagai tambahan informasi, Rusia telah menempatkan sekitar 3.000 pasukannya di Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Pasukan Penjaga Perdamaian. Rusia menempatkan pasukannya di wilayah tersebut setelah Armenia dan Azerbaijan sepakat untuk melakukan gencatan senjata pada 10 November 2020, kesepakatan yang disodorkan Rusia ini mengakhiri 6 minggu perang antara kedua negara.

Dalam pertempuran kali ini, pasukan separatis Armenia benar-benar ditinggalkan. Mereka sama sekali tidak mendapat dukungan dari Rusia, negara itu justru menyuruh separatis Armenia untuk menyerah. Moskow juga memberi himbauan agar Armenia dan Azerbaijan segera menghentikan pertempuran tersebut. Di sisi lain, komunitas internasional pun juga mendesak agar konflik tersebut segera diselesaikan. Sehingga separatis pro-Armenia tidak punya pilihan lain selain menyerah.

Secara terbuka, pemerintah Armenia juga tidak mau melibatkan pasukannya untuk bertempur dengan pasukan Azerbaijan yang melancarkan serangan pada 19 September 2023. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan justru mengatakan, pasukan Rusia lah yang harus menahan serangan Azerbaijan.


Konflik Etnis Berdarah


Konflik etnis antara Armenia dan Azerbaijan sudah berlangsung lama, dan bagi Agan yang mengikuti perkembangan negara eks Uni Soviet, pasti tak asing dengan konflik kedua negara ini. Konflik pecah pada 1988, saat itu etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh menginginkan untuk bergabung dengan Armenia. Meski mereka tinggal di wilayah Azerbaijan, waktu itu Soviet berhasil mengendalikan keadaan dan tidak sampai terjadi peperangan.

Setelah Soviet runtuh, Armenia dan Azerbaijan diakui sebagai sebuah negara, konflik bersenjata kemudian pecah pada 1991. Akar dimulainya konflik masih sama, yakni keingininan etnis Armenia di Nagorno-Karabkh untuk bergabung dengan Armenia. Keinginan itu ditolak Azerbaijan, bahkan menurut hukum internasional, Nagorno-Karabakh merupakan wilayah Azerbaijan. Ribuan orang meninggal dunia dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi akibat konflik ini.

Konflik padam setelah Rusia datang sebagai mediator untuk mengakhiri konflik, kedua negara setuju melakukan gencatan senjata. Waktu itu, Armenia menduduki 20% wilayah Nagorno Karabkh. Konflik pecah lagi pada 27 September 2020, Azerbaijan yang dipasok senjata dari Turki dan Israel melancarkan serangan ke Nagorno-Karabkh. Mereka berhasil membebaskan 300 pemukiman yang trlah dikuasai Armenia selama beberapa dekade.

Quote:


Konflik mereda setelah Rusia kembali menjadi mediator dan membuat kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani ketiga negara pada 10 November 2020. Tetapi, gencatan senjata tidak bertahan lama. Pada Desember 2022, Azerbaijan memblokade Koridor Lachin. Membuat Nagorno-Karabakh terisolasi dari dunia luar. Ditutupnya Koridor Lachin karena telah digunakan Armenia untuk memasok senjata kepada separatis pro-Armenia di Nagorno-Karbakh. Sebuah tuduhan yang disangkal Armenia.

Kini Azerbaijan telah menguasai wilayah Nagorno-Karabakh, meski mereka berjanji untuk membiarkan etnis Armenia untuk tinggal di wilayah tersebut; akan tetapi banyak dari etnis Armenia yang lebih memilih mengungsi dan meninggalkan wilayah Nagorno-Karabakh. Pembicaraan hari Kamis berakhir tanpa pernyataan publik atau tanda-tanda terobosan. Elchin Amirbekov, perwakilan Azerbaijan mengatakan bahwa, sulit mengharapkan semua masalah antara Azerbaijan dan Armenia bisa diselesaikan dalam satu pertemuan.

Sementara perwakilan etnis Armenia mengatakan belum ada kesepakatan akhir yang dicapai antara kedua pihak, etnis Armenia memerlukan jaminan keamanan sebelum menyerahkan senjata mereka. Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata awal, pasukan etnis Armenia setuju untuk dibubarkan, merupakan bentuk penyerahan diri kepada Azerbaijan. Di sisi lain, meski perundingan masih belum menemukan kesepakatan akhir, tentu kita mengharapkan dengan perundingan tersebug akan mengakhiri perang diantara kedua negara ini, semoga.




--------------------





Referensi Tulisan: ahramonline, Al Jazeera& The Guardian
Sumbet Foto & Ilustrasi: sudah tertera
jlampAvatar border
gonugraha76Avatar border
gabener.edanAvatar border
gabener.edan dan 7 lainnya memberi reputasi
8
844
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan