Roda kehidupan berputar, dan sekarang giliran Manchester United ada di bawah.

Manchester United tak lagi sama seperti dahulu. Perlahan-lahan, mereka hobi membicarakan sejarah dan berada di papan bawah.

Kekalahan terakhir 1-0 yang diderita Setan Merah kala bertandang ke markas Newcastle United pada Minggu (6/10) malam WIB tadi membuat mereka berjarak dua poin dari zona degradasi.

Apakah United bisa turun kasta? Padahal baru enam tahun lalu mereka menjadi raja.




United terakhir kali menjuarai liga pada 2012/13 silam, di tahun terakhir Sir Alex Ferguson menjabat

Sejak mencatatkan kemenangan hebat di Parc des Princes markas Paris Saint-Germain, yang lantas meyakinkan pihak klub untuk mengikat Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer permanen, performa mereka menukik tajam.

Tercatat klub penghuni Old Trafford itu tidak mampu meraih kemenangan di markas lawan sejak kesuksesan tersebut, dan itu terjadi di semua kompetisi.

Jika ini berlaku di klub lain, alarm tanda bahaya jelas akan berbunyi. Dan jika belum ada seperempat musim namun sudah jeblok begini, ancaman degradasi seperti yang mereka rasakan pada 1894, 1922, 1931, 1937, dan 1974, terlihat nyata.



Selagi Liverpool menikmati keunggulan delapan poin dari Manchester City di puncak klasemen, United sekarang menempati posisi ke-12 dengan koleksi sembilan angka. Mereka baru menang dua kali dan mencetak sembilan gol; dengan empat di antarnya tercipta saat menang telak 4-0 atas Chelsea di pekan pembuka.

Dihitung mundur dari malam di Paris, United baru mengumpulkan 17 poin dari 17 pertandingannya di Liga Primer, dan performa tersebut merupakan tanda-tanda calon terdegradasi.

Kembali lagi ke pertanyaan awal, apakah itu mungkin terjadi? Yang pasti, segala kemungkinan terbuka lebar, mengingat klub papan bawah seperti Newcastle saja, yang jelang pertemuannya dengan United menduduki peringkat ke-19 dan di pekan sebelumnya dibantai Leicester City 5-0, sanggup mempermalukan Setan Merah.

Untuk menggambarkan seberapa buruk Ole, pendahulunya yakni Jose Mourinho didepak pada Desember tahun lalu setelah meraih 26 poin dari 17 laga pada musim 2018/19.




Lupakan status legenda klub saat masih aktif sebagai pemain, dunia manajerial jelas berbeda dan itu pula yang perlu disadari suporter, bahwa sosok seperti Ole sudah seharusnya direlakan dan hanya dikenang kariernya saat masih merumput.

Namun Ole justru membandel. Sebelum bertemu Newcastle, ia sesumbar bisa membalikkan keadaan bahkan menyebut awalan timnya sekarang tidak terlalu buruk.

“Apakah kalian tahu karier saya? Itu dipenuhi banyak momen naik dan turun, baik itu sebagai pemain dan pelatih,” ujarnya kepada wartawan.

“Di Molde dan Cardiff, saya mendapati periode yang sulit. Saya pernah di urutan terbawah klasemen. Itu tidak menyenangkan.

“Jika Anda mendapatkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Anda inginkan, Anda akan baik-baik saja.

“Sekarang adalah periode di mana sesuatunya menjauhi kami, namun kami akan sukses.

“Terkadang Anda tidak mendapatkan apa yang sebenarnya pantas Anda dapatkan dalam kaitan hasil akhir. Hanya sekali di musim ini di mana kami bermain dan tidak layak mendapatkan sesuatu.

“Saya tahu kami tidak memulai musim seperti yang diharapkan. Namun kami memiliki lebih banyak poin di pertandingan yang telah kami jalani musim ini dibandingkan musim lalu melawan klub yang sama. Kami punya dua poin lebih banyak ketimbang di laga yang sama musim ini. Jadi ini tidak terlalu buruk.”

Untuk sekarang Ole tak lebih hebat dari Steve Bruce -- mantan kapten United -- karena legenda Setan Merah itu sukses memenangkan pertandingan pertamanya sebagai manajer melawan klub yang membesarkan namanya tersebut, meski harus melalui 23 pertemuan.

Dan segera, mereka yang jadi petinggi klub harus membuat keputusan soal terus percaya pada Ole atau membiarkan rasa sakitnya semakin dalam.

 
https://www.goal.com/id/berita/mungk...r1ozedm9rp5li8