Pernah nggak kamu sangat marah pada dirimu sendiri, karena kesalahan masa lalu mu yang belum terucap kata maaf, sehingga rasanya ingin memukup wajahmu sekeras mungkin, sampai kau mati?

Bukan karena gunung vulkanik bergemuruh, mengeluarkan material panasnya, atau bahkan langit runtuh, tetapi lebih buruk dari itu. lebih putus asa. Ada yang lebih menyakitkan dari sakit.



Pada malam sebelum tidur, berharap bayangan buruk akan larut bersama mimpi, namun itu tidak terjadi, mimpi buruk datang seperti karma, terlihat yang sangat nyata. bahkan teringat hingga terbangun. "kamu datang membawa cincin berlian berlutut dihadapan perempuan" bukan-bukan, perempuan itu bukan aku, melainkan wanita lain yang sangat sempurna, mengenakan gaun putih cantik.

semakin mengingatnya semakin merasakan sakit di dada. haruskah aku melarikan diri dari masalah ini, berharap mimpi indah datang memanipulasi kenyataan. mengembalikan sesuatu yang tak dapat dikembalikan. Waktu.

iya waktu. Saat itu aku selesai bimbingan, merasa banyak tekanan, revisi yang tak ada habisnya, sangat marah. dan kamu selalu sibuk dengan organisasi BEM mu. sampai suatu hari aku melihat seorang wanita dengan sangat berani memelukmu. dan kamu tidak mencoba melepasnya. 

aku berlari keluar gedung, menuju tempat parkir, melihatmu yang sedang berbicara 4 mata berdua dengan penuh canda dan tawa, nggak jauh dari aku membanjiri kelopak mata.

"Ciiiiii" ia berteriak memanggilku yang berjalan sedikit berlari menutup wajah dengan tas, menjauh dari kamu.

namun nggak sampai disitu, dia berlari mengejar aku, dan aku terdahului masuk mobil. mengunci pintu dan menutup kaca rapat-rapat

"Ciii, dengerin aku dulu. kamu salah paham" dia terus mengetuk kaca mobil, sembari teriak teriak memohon penjelasannya. tapi aku tetap gak mau membukanya. karena satu alasan, aku melihat ia sangat bahagia dengan pelukan itu.

di dalam mobil aku hanya bisa menangis menutup wajahku dengan kedua tangan,  basah karena air mata, rambutku berantakan, sangat berantakan. dia menelponku dengan puluhan telfon yang nggak aku akangkat, bahkan banyak orang yang menatapku iba. cukup lama aku berada didalam mobil, hingga aku melihat dia berlari ke meja bersama wanita itu, mengambil tas, dan berlari kearahku. namun aku terlanjur pergi meninggalkannya.

siang itu aku nggak pulang kekosan, bahkan pulang ke rumah bibi ku di jakarta. setidaknya dia tidak nekat masuk kekosan dengan cara kasar karena keras kepalanya.

aku mencoba menghilang dari dia beberapa hari, hingga aku benar-benar bisa menjalani hubungan ini sendirian. Hari dimana aku berharap indah. Hari ulang tahunku, namun semua nya patah.

aku kembali menjalani rutinitas sebagai mahasiswi tingkat akhir, kembali kekosan.. mengcek hp banyak telfon nggak ke angkat, sms, line bahkan whatsapp. aku terpuruk dengan keadaan ini. namun suatu hari di hari ulangtahunku aku melakukannya, karena keadaan emosi ku yang masih labil.

Dan terjadi, dia merencanakan ini. Saat dihari ulang tahun ku, dia datang dengan sebuah surprise sangat indah, berlutut dihadapanku, dan wanita yang pernah memeluk dia, berada dibelakang membawakan kue beserta lilin.

karena emosi ku yang masih labil, aku mengambil bunga itu dan melemparnya ke wajah wanita yang pernah memeluk dia, hingga kue beserta lilin terjatuh dan mengatakan "kita putus", karena aku sangat tidak ingin melihat wanita itu lagi..

dan dia membentakku, hingga tangan kirinya hampir melayang kearah pipi ku, namun seperti ada yang menahan pada tangannya, dia mengurungkan niatnya untuk melakukan kekerasan, namun tak sampai disitu dia membentak dengan ucapan kasar dan pergi meninggalkan. aku kembali menangis. namun wanita itu masih diam melihatku, tetapi aku masuk kedalam kosan dan menguncinya dari dalam.

semalaman aku menangis, hingga mendekati subuh, karena sulit tidur. memikirkan jodoh yang bukan takdirnya untuk berjodoh.

Suatu hari wanita itu datang menemuiku dikantin saat dan mengatakan semuanya. tenyata aku salah. jadi sebelumnya dia dan wanita ini merencanakan untuk hari ulang tahunku. aku hanya bisa menangis dan menangis, mencoba ingin mengulangnya, tapi sangat nggak mungkin.

tak pernah ada yang mengatakan ini mudah. Dia mencintaiku, dan aku melukainya. 

Pada malam saat aku tidur,  aku seperti bermimpi merasakan kecupan lembut didahi. aku berharap bayangan buruk akan larut bersama mimpi.

Pagi hari saat aku terbangun. Hanya tatapan kosong yang memancar dari sepasang mata yang mencerminkan hati yang berlubang. Lubang yang aku gali sendiri, lubang yang tercipta karena ulahku sendiri.

air yang mengalir dari ujung kepala hingga ujung kaki. hanya bisa berharap bisa menyegarkan raga. meski sebenarnya hanya tipu daya. senggaknya hanya sesaat. sepersekian detik. nyatanya hanya harapan yang mengalir luruh bersama air melalui sela-sela disudut lantai.

melihat bayanganku sendiri di cermin, aku melihat sosok lain, sosok dari sisi gelapku, melihat diriku yang sangat berantakan dan sangat berantakan. 

saat aku berlari tak ada yang lebih menyakitkan dari melihat orang yang kamu cintai, sakit karena kebodohanku sendiri, dan aku tidak bisa menemukan untuk disalahkan selain aku sendiri dan aku harus hidup dengan kenyataan pahit ini.

Kadang-kadang kita lupa, kompilasi dihantam realita, darah cinta mengalir dalam bentuk air mata dan doa. namun ini bukan tentang berapa kali kita terjatuh, bukan soal berapa kali saling menyakiti, ini soal waktu. 

"Kita hanya bisa melihat apa yang disetujui hidup, jika kita memberikan waktu yang ditentukan dan melewati semua pedihnya. 

"Ecii, kamu masih bisa kok move on, percaya deh"

"Kita hanya perlu melewatinya, meski penuh luka dengan tangan berlumur air mata, karena hidup yang memilih kita. Suatu saat kamu akan menemukan pria yang lebih dewasa, kamu harus yakin. Semoga"