Pi-OneAvatar border
TS
Pi-One
Ota Benga - antara propaganda dan realita


Mungkin sebagian dari kalian sudah pernah dengar nama ini...di artikel propaganda kreasionis. Yang mana intinya gak jauh dari propaganda bahwa teorie volusi mendorong rasisme perbudakan dan kejahatan kemanusiaan, dimana kasus ota benga menjadi salah satu corong propaganda tersebut. benarkan demikian?

Ota Benga (1883(?) – 20 Maret 1916 adalah seorang pygmy dari suku Mbuti. Orang-orang sukunya dibantai oleh Force Publique (pasukan militer milik Leopold II) saat dia sedang berburu. Korban termasuk istri dan kedua anaknya. Dia sendiri kemudian tertangkap dan dijual sebagai budak, sampai Samuel Phillips Verner, seorang misionaris dan pengusaha, antropologis, juga penjelajah amatir - jangan komplain akan banyaknya statusnya - menebusnya dengan garam dan pakaian.

Verner sendiri sedang dalam misi untuk mengumpulkan beragam suku dari afrika untuk ditampilkan di eksibisi antropologi di St. Louis World Fair di tahun 1904. Dengan bantuan Ota Benga pula, yang bercerita bahwa Verner telah menyelamatkannya, Verner sukses 'merekrut' beberapa Batwa, juga beberapa orang afrika non pygmy lain dan membawanya ke St. Louis. Setelah pameran tersebut usai, sesuai janji, ia memulangkan mereka semua (termasuk Ota Benga!) ke afrika.

Ota Benga pun hidup di tengah suku batwa dan menikahi seornag wanita batwa, sampai istrinya mati karena digigit ular. Ota Benga akhirnya meminta pada Verner untuk ikut ke 'negeri orang-orang kulit putih), dan mereka tiba di New York di bulan Agusturs 1906.

Sekembali ke Amerika, Verner mendapati dirinya bangkrut, sehingga selain menjual koleksinya ke American Museum of Natural History, ia juga menitipkan Ota Benga - dimana dia bebas berkeliaran. Namun Ota Benga tidak kerasan di sana, sehingga dia pun dipindahkan ke kebun binatang di Bronx.

Ota Benga bisa hidup bebas di kebun binatang di sana (tidak dikurung!) dan berteman baik dengan orang utan bernama Dohong. Namun tindakan kebun binatang yang menjadikan dia sebagai bagian eksibisi tak cuma menuai banyaknya pengunjung (terlebih setelah artikel di surat kabar), namun juga protes dari berbagai kalangan. Terlebih keberadaan Ota Benga dan kera lain dalam satu kandang tak cuma dianggap merendahkan dirinya sebagai aksi rasis, namun juga dianggap kampanye evolusi manusia dari kera (yang banyak ditentang golongan agama).

Setelah banyaknya suara protes dan kritikan, akhirnya Ota Benga diserahkan di bawah pengawasan James H. Gordon, salah seorang pendeta kulit hitam yang paling keras bersuara. Gordon menempatkannya di Howard Colored Orphan Asylum, panti asuhan di bawah naungan gereja, dan kemudian dipindahkan ke Lynchburg, dimana dia hidup bersama keluarga McCray.

Ota Benga yang kemudian juga dikenal sebagai Otto Bingo kemudian mendapat pelajaran bahasa Inggris dari tutornya Anne Spencer. ia juga mendapat pelajaran formal dari Baptist Seminary. Setelah beberapa waktu, dia keluar dari sekolah tersebut dan bekerja di pabrik tembakau.

Namun rencananya untuk kembali ke afrika hanya tinggal harapan, saat perang dunia pertama pecah di tahun 1914. Tidak ada rute kapal baginya untuk kembali ke Kongo. Frustasi dan rindu kampung halaman, pada tanggal 20 Maret 1916 pygmy ini pun bunuh diri dengan menggunakan pistol curian.

Saat ini, nama Ota Benga diadopsi oleh organisasi Ota Benga Alliance for Peace, Healing and Dignity.

Jadi, bagian mana yang fakta, mana propaganda? Silakan kalian bandingkan sendiri. Dan kalian tak perlu langsung percaya atau langsung komplain ini juga propaganda. Silakan kalian cari tahu dari berbagai sumber yang ada emoticon-Smilie
Diubah oleh Pi-One 30-11-2013 06:11
1
3.7K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan