- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Soccer & Futsal Room
::Tim Nasional Indonesia:: - Part 8
TS
fundayhoho
::Tim Nasional Indonesia:: - Part 8
THREAD TIM NASIONAL INDONESIA
Garuda di Dadaku
SOCCER ROOM GENERAL RULES
Read This Before Posting
Read This Before Posting
Spoiler for Rules:
TAMBAHAN
Quote:
NB (Nurdin Balid): jangan ngepost dulu gan.... ane mau nambahin post lagi....
negritoamigos dan 17 lainnya memberi reputasi
18
133.5K
13.9K
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
nasbagus
#4178
logika top down erick thohir
[mode ironi is off]
Hubungan atasan-bawahan, penguasa-rakyat, dalam budaya luar jawa lebih dikenal dengan ciri egaliternya. Istilah umumnya semua orang sama walau posisi beda.
Dalam budaya jawa sunda -yg dianut mayoritas orang Indonesia- egaliter tidak dipraktikkan pada/sejak zaman dulu hingga pengaruhnya sampai sekarang masih membudaya. Jawa sunda lebih mengenal hubungan kawula-gusti, mengenal sabda pandita ratu, memahami raja adalah wakil Tuhan.
Maka dapat dipahami (malah dipraktikkan Wali Songo) bahwa adakalanya lebih efektif menggunakan mekanisme top to down untuk mengubah atau merevolusi sesuatu di tengah masyarakat yg mempraktikkan hubungan kawula-gusti, seperti halnya Wali Songo menyebarkan Islam lewat atasan dulu (gusti) agar bawahan mengikuti (kawula).
Jika dianalogikan timnas adalah gusti dan klub/grassroot adalah kawula, maka kebetulan atau tidak, logika Erick Thohir bisa diterima (make sense) untuk memperbaiki mutu akar rumput memakai kebijakan top to down.
Memang seperti tidak ideal dan kelihatan anomali dibandingkan adab, rukun, kaifiyat dan tatacara internasional. Tapi semua amal tergantung niat. Selama niatnya lurus, tidak salah mencobanya dalam ekosistem mayoritas kawula-gusti kita.
Dalam kreatifitas atau seni budaya kita sering jadi trendsetter, bukan follower. Lalu mengapa tidak dicoba dalam sepakbola. Anomali bukan berarti tabu, "belum pernah" bukan berarti "tidak bisa".
Persentase kesuksesan? Sudah pernah berhasil ratusan tahun lalu. Diamalkan para wali penyebar agama, bukan wali sepakbola nusantara apalagi muhibbinnya, ashabul bakeriyyah.
Hubungan atasan-bawahan, penguasa-rakyat, dalam budaya luar jawa lebih dikenal dengan ciri egaliternya. Istilah umumnya semua orang sama walau posisi beda.
Dalam budaya jawa sunda -yg dianut mayoritas orang Indonesia- egaliter tidak dipraktikkan pada/sejak zaman dulu hingga pengaruhnya sampai sekarang masih membudaya. Jawa sunda lebih mengenal hubungan kawula-gusti, mengenal sabda pandita ratu, memahami raja adalah wakil Tuhan.
Maka dapat dipahami (malah dipraktikkan Wali Songo) bahwa adakalanya lebih efektif menggunakan mekanisme top to down untuk mengubah atau merevolusi sesuatu di tengah masyarakat yg mempraktikkan hubungan kawula-gusti, seperti halnya Wali Songo menyebarkan Islam lewat atasan dulu (gusti) agar bawahan mengikuti (kawula).
Jika dianalogikan timnas adalah gusti dan klub/grassroot adalah kawula, maka kebetulan atau tidak, logika Erick Thohir bisa diterima (make sense) untuk memperbaiki mutu akar rumput memakai kebijakan top to down.
Memang seperti tidak ideal dan kelihatan anomali dibandingkan adab, rukun, kaifiyat dan tatacara internasional. Tapi semua amal tergantung niat. Selama niatnya lurus, tidak salah mencobanya dalam ekosistem mayoritas kawula-gusti kita.
Dalam kreatifitas atau seni budaya kita sering jadi trendsetter, bukan follower. Lalu mengapa tidak dicoba dalam sepakbola. Anomali bukan berarti tabu, "belum pernah" bukan berarti "tidak bisa".
Persentase kesuksesan? Sudah pernah berhasil ratusan tahun lalu. Diamalkan para wali penyebar agama, bukan wali sepakbola nusantara apalagi muhibbinnya, ashabul bakeriyyah.
Diubah oleh nasbagus 14-05-2024 16:44
CM04 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Tutup