akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
Jalan Panjang Untuk Selalu Pulang

Quote:



Spoiler for song for my heart :


Chapter 1 - A Little step behind

" Saka, kamu sudah ikhlas kan melepaskan dia buat bahagia, nak?" Tanya seorang wanita tua yang selalu dengan senyum teduh di bibirnya berkata kepadaku saat aku membaca sebuah undangan berbucket cantik yang aku temukan tertata secara rapi di meja belajarku dulu.
"Iya, bu. Aku ikut bahagia kok.."
" Kayaknya aku ga bisa datang menghadiri hari bahagia itu.."
" Hari Sabtu besok aku sudah harus berangkat lagi ke Singapura.."
" Pelatihan dari kantor yang aku ikuti mengharuskan aku berada disana sampai 2 Minggu lamanya.."
" Instrukturnya yang orang bule, ga bisa mentolerir alasan apapun tentang ketidakhadiran.."
" Sertifikasiku bisa hangus dan aku harus mengulang di tahun depannya.."
" Jawabku menerawang tak tentu arah.
Aku membayangkan dan berpikir bagaimana untung ruginya..sampai aku melewatkan kesempatan emas yang baru saja aku dapatkan. Di kantor ini, aku baru aja mendapatkan kontrak kerja untuk 2 tahun mendatang.

Sambil menerawang jauh, aku membayangkan kembali, dia.. mempelai wanita itu pastilah sangat cantik dan anggun memakai gaun pengantin panjang warna putih impiannya. Dengan melempar senyum penuh kebahagiaan kepada tamu, teman, sahabat dan relasi keluarga yang menghadiri pernikahannya.

Ah..dia emang layak buat bahagia dan mendapatkan sosok terbaik yang aku doakan semoga aja cocok buat mendampingi hidupnya ke depan.
Ya semoga saja...aku selalu ikut bahagia kalo dia mendapatkan hal terbaik untuk hidupnya.


Esok hari akupun dengan menegarkan hati membulatkan tekad dan keputusan yang sudah aku ambil ..aku tetap berangkat...
Aku menitipkan sebuah kado ke ibuku untuk diserahkan kepada kedua mempelai.. yang nantinya akan menyambut hari bahagianya seminggu ke depan, dan tak lupa aku menitipkan ucapan permintaan maaf melalui ibuku kepada kedua mempelai dan keluarganya perihal ketidakhadiranku.


Maafkan..bukan maksudku menghindari dan tak ikut bersuka cita dengan kebahagiaanmu, tapi semua karena keadaanlah yang memaksaku untuk tidak bisa menghadiri acara itu...karena masa depanku juga sedang aku rintis dan aku pertaruhkan, semuanya tergantung dari urusan kerja yang sedang aku perjuangkan saat ini...

Quote:


Hai perkenalkan semuanya...
Aku adalah Saka, seorang anak laki-laki bungsu satu-satunya di keluargaku, kakakku 2 perempuan yang usianya terpaut sangat jauh denganku. Aku terlahir di Kalimantan, karena ayahku dulunya bekerja di area pertambangan sebagai operator alat berat. Maka semua anak-anaknya lahir dan dibesarkan disana sampai usia sekolah dasar. Aku seringkali mendapat "berkah" bully dan dianggap bukan sebagai anak kandung orangtuaku pada saat keluargaku pulang kembali ke kampung halaman ayahku, karena fisik yang aku miliki yang sangat berbeda secara tampilan fisik dengan semua kakak-kakakku maupun kedua orangtuaku, aku dengan tampilan yang kental oriental, berkulit putih kemerahan, dan bermata sipit yang kuwarisi dari gen kakekku dari ibu, sedangkan kedua kakakku berkulit kuning langsat khas perempuan Jawa. Ya kakekku adalah seorang pria Chinese (please no sara),yang menikah dengan nenekku seorang wanita Jawa. Sedangkan ayahku adalah pria Jawa yang mempunyai sedikit campuran darah keturunan Arab dan Jawa dari kakeknya. Dan warisan gen berkulit putih dan bermata sipit akhirnya hanya jatuh kepadaku di keluargaku dan sepupuku perempuan, anak dari tanteku di semua cucu-cucu kakekku yang Chinese itu. Semua keluargaku sangat menyayangiku walaupun aku berbeda dari mereka semua, aku dulu seringkali merasa bahwa karena fisikku, aku seringkali merasa rendah diri karena merasa aku adalah anak adopsi dari ayah ibuku, ternyata semuanya itu tidaklah benar setelah aku mengetahui kenyataan silsilah sejarah keluarga dari ibuku yang bercerita secara gamblang tentang riwayat keluarganya dan adik-adiknya yang juga mempunyai tampilan bermacam-macam.

"Saka, kamu harusnya mainnya sama teman-temanmu di perumahan kompleks sebelah tuh, disanakan rata-rata anak-anak cina yang kaya. "
" Hei..kamu...! sini.. ! bagi uang..! pasti kamu duit jajannya banyak,secara keluargamu orang kaya..! "
" Kamu ga pantes hidup di kampung sini! kamukan anak adopsi dari orang tuamu, hahaha.."

Kata-kata dan perlakuan kasar dari sesama teman di lingkungan sekitar maupun sekolah, sering aku terima di kehidupan awalku di kota ini. Oh ya, rumah ayahku di kampung yang aku tinggali saat itu, adalah peninggalan warisan dari kakekku, ayahku adalah orang asli kampung disitu. Ayahku sejak masih sangat muda sudah merantau di Kalimantan dan bekerja di pertambangan. Dan saat dirasa sudah cukup untuk waktunya kembali pulang ke kampung halaman, beliau mengajak kami sekeluarga buat pulang ke Jawa. Di kotaku, awalnya aku yang saat itu belum bisa berbahasa Jawa, sering jadi bahan ledekan, dan bullyan, beruntungnya sebagian tetangga di sekitar rumahku adalah sanak saudara ayahku, mereka segera memaklumi dan membantu aku dan kakak-kakakku untuk belajar bahasa Jawa. Aku yang paling kecil diantara keluargaku awalnya terkadang sangat kesulitan beradaptasi terutama bahasa dan kebiasaan yang aku miliki. Kidal, di tradisi Jawa apalagi di kampung ayahku, orang yang berkegiatan dengan menggunakan tangan ataupun kaki kiri adalah sesuatu yang dipandang tidak bagus, ataupun kurang sopan. Aku adalah seorang yang kidal permanen di semua hal, menurut orang tuaku itu semua karena warisan dari kakekku yang Chinese. Beliau selalu melakukan semua aktifitas dengan tangan dan kaki kiri sebagai komponen utama. Jadi kebiasaanku itu jadi sebuah hal yang aneh dan tidak lumrah untuk penduduk kampung situ ( pada waktu itu) sekarang mungkin seiring perkembangan jaman di kampung ayahku mungkin sudah ada juga anak-anak yang kidal juga.Jadi itulah sekilas gambaran masa kecilku yang berbeda dan mendapatkan banyak kenangan masa kecil yang tak akan terlupakan. Untuk menjaga diriku dari kerasnya bullying dan pergaulan masa kecilku yang terkadang sering adu kontak fisik, aku sedari SD sudah diikutkan oleh orang tuaku untuk latihan karate dan taekwondo di sasana-sasana yang dekat dengan rumahku. Hingga aku menginjak masa SMA kelas 3, aku sudah mencapai sabuk hitam Dan 1 untuk karate dan taekwondo di akhir menjelang kelulusan SMA. Namun yang aku sampai serius terjuni adalah taekwondo karena aku sangat menyukai gerakan tendangan kaki yang terangkat ke atas, sejajar dengan dahi, bagiku hal itu seperti layaknya penari balerina yang sangat memukau sekali. Sampai suatu saat karena menekuni hobi di bidang ini bisa mengantarkan aku menjadi atlet profesional taekwondo di tingkat daerah, hingga aku mewakili kotaku untuk berlaga di kejurda.
Cukuplah sekilas gambaran singkat masa kecilku yang bisa aku ceritakan di awal ceritaku ini.

SOME PLACE IN 2***
Di kehidupan SMA aku bersekolah di sekolah swasta milik tentara, dimana sekolahnya berada di kawasan militer, walaupun orangtuaku bukanlah militer, namun keluarga besarku dididik secara militer, jadi aku ga kaget dengan disiplin ala tentara, tapi ya karena aku ga tertarik untuk masuk ke dunia ini jadi aku lebih banyak membangkang. Di sekolah SMA ***** ****** aku masuk di jurusan IPS, disana aku memiliki seorang sohib, Rio namanya karena kami mempunyai kesamaan hobi yang sama yaitu bermain musik, oh ya aku juga menekuni permainan gitar klasik dari mulai SMP kelas 3 hingga mencapai tingkatan grade 6 di akhir menjelang kelulusan SMA ( grade 6 = buku 6 adalah tingkatan paling tinggi untuk siswa kursus gitar klasik umumnya di lembaga kursus gitar klasik Yamahmud). Di sekolah aku membentuk sebuah band, Rio sobatku sebagai drummer, sedangkan aku bermain gitar. Sebagai band SMA kami hanya bermain di pensi sekolah sendiri maupun di sekolah lain yang mau menerima partisipan pengisi acara pensi.

" Bre, bulan depan kita ada kesempatan bermain di pensi SMA ******** yang terkenal dengan cewek-ceweknya yang high quality. " Rio datang memberi kabar di saat aku dan beberapa teman satu band berkumpul di waktu istirahat jam pertama yang biasanya kami gunakan untuk berkumpul di belakang gedung sekolah buat merokok. Ya kami biasanya para pelajar yang sudah kecanduan rokok akan berkumpul di belakang sekolah di kantin belakang, karena disini sangat minim pengawasan dari para guru. Berbeda dengan kantin depan dimana siswa-siswi yang kalo jaman dulu disebut sebagai anak gaul sering dijadikan tempat nongkrong buat jajan.

" Wah boleh juga tuh, siapa tau kita bisa tebar pesona ke cewek-cewek sana ya ? Hehehe.. " sahut Aji tersenyum senang, dia adalah salah satu personil bandku yang emang rada tengil dan paling pemberani kalo kenalan ke cewek-cewek. Selain karena dia mempunyai modal wajah yang agak ganteng kalo menurutku dan teman-teman di komunitas band sekolahku.
" Gimana, Ka?" Tanya Rio kepadaku seolah butuh persetujuanku, apa aku senang dengan kabar gembira ini.
" Oke sih.." jawabku pelan karena sesungguhnya aku sedang fokus melihat ke arah lain, dimana saat itu sepertinya aku melihat sosok yang sangat familiar dan aku kenal. Aku merasa itu seperti teman dekat SMPku, apa emang iya dia bersekolah juga disini? Seseorang dari masa lalu yang masih selalu aku ingat namun sayang aku tak pernah lagi berjumpa dengan dia semenjak aku lulus duluan dan meninggalkan sekolah itu, aku tak pernah tau lagi kabarnya seperti apa. Sekolahku yang sekarang sangatlah jauh dari domisiliku dan dia yang dahulu satu SMP negeri yang notabene sangat dekat dengan kawasan rumah kami. Ah.. mungkin aku hanya berhalusinasi secara mungkin aku sudah lama tak ketemu dia lagi sejak aku lulus duluan dari SMP.
" Emangnya kenapa, Ka? Kok kamu seperti berat gitu menjawab pertanyaanku soal tampilnya band kita disana itu? " Rio keheranan kembali mencecarku dengan alasan jawabanku yang terkesan malas menanggapi kabar gembira itu.
" Bukan masalah itu, sob. Aku tadi sepertinya berhalusinasi melihat teman lamaku waktu di SMP, di kantin depan itu tuh, tapi aku pikir lagi ga mungkin deh dia bersekolah disini yang sangat jauh dari rumahnya dulu. " Jawabku singkat.
" Anaknya yang mana sih? Cewek apa cowok tuh? " Cecar Dimas temanku yang rada kalem akhirnya buka suara juga.
" Ceweklah.. dia adik kelasku di SMP dulu. " Jawabku melongok kembali ke arah kantin depan yang menjual bakso, dimana banyak sekali anak-anak yang sedang antri bergerombol, dan aku kesulitan menemukan siapa yang aku lihat tadi, ah mungkin emang benar tadi aku sedang berhalusinasi aja.

Pulang bubaran sekolah hari ini, seperti biasa aku biasanya naik angkot bersama dengan Rio, rumahnya dan rumahku searah satu jurusan. Bersama dengan anak-anak yang lain kami terkadang berjalan dahulu ke terminal pemberhentian semua jurusan angkot di kotaku, jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami, sekitar 2 km, tapi karena kami jalan beramai-ramai dan bersama-sama dengan banyak kawan-kawan, jarak segitu tak terasa jauh, dikarenakan kami ngobrol meneruskan obrolan yang dirasa kurang di sekolah tadi.

" Hai, Rio.." seorang cewek tersenyum ramah berjalan bersama temannya menyapa Rio dan berjalan mendampingi kami berdua, spontan aku dan Rio menoleh ke arah kedua orang gadis itu.
" Hai, Fan.. tumben jalan ke terminal, biasanya kan kamu dianter jemput ya? " Jawab Rio tersenyum ke arah gadis yang dipanggilnya Fan tadi. Aku sih cuek aja masih terus berjalan sambil menikmati rokok yang aku hisap. ( Aku perokok aktif dari mulai kelas 3 SMP, dan sudah bebas merokok walaupun itu di rumah)
" Iya, nih..aku sih kepingin kayak anak-anak lainnya, naik angkot bareng-bareng, bosen berasa kek anak SD aja, kemana-mana dianter jemput, ntar aku ga ngerasain namanya suka duka masa SMA dong ya? Hehehe.." jawab Fani sambil tersenyum yang sekilas pas aku lirik dia waktu tersenyum, ternyata dia manis juga anaknya. Aku sih merasa walaupun satu sekolah tapi baru kali ini mengetahui ada cewek manis selain di kelasku. Ah.. rupanya aku emang cupu dan terlalu cuek , sampai ga peduli sama siapa aja cewek-cewek menarik yang ada di sekolahku.
" Oh gitu ya...oh iya Fan, kenalin nih temanku yang cupu, hehehe..." Jawab Rio sambi meledek mengenalkan aku pada 2 temannya itu.
" Hai, kamu pasti Saka sobatnya Rio ya..aku Fanny, dia banyak cerita soal kamu lho.. hehehe.." Fanny tersenyum sangat manis menyodorkan tangannya padaku.
" Hai Fan ..aku Saka...emangnya nih kunyuk cerita apa ya soal aku? awas aja kalo cerita yang jelek-jelek. !." Aku menyambut jabat tangan Fanny sambil tersenyum tipis, dan kemudian berganti mengarahkan tanganku ke temannya yang ternyata bernama Clara.
" Hai Clara..." Sapaku pada teman Fanny yang penampakan fisiknya sejenis dengan aku, ya Clara nampaknya adalah gadis keturunan Chinese, seperti terlihat dari tampilannya yang sangat beda dengan teman-teman di sekeliling kami.
" Hai juga Saka..kamu anak IPS 3-1 ya? " Tanya Clara sambil tersenyum yang tak kalah manisnya dengan senyuman Fanny.
" Iya, aku IPS 1 beda sama nih provokator..kalo kalian bukan anak IPS kan?" Tanyaku sambil melambatkan langkahku untuk berjalan beriringan dengan mereka bertiga, karena awalnya aku kurang enak karena belum kenal maka aku berinisiatif berjalan di belakang mereka.
" Iya nih, ka. Aku sama Clara kan anak IPA 3-1, aku Clara dan Rio dulu pas kelas 1 itu teman sekelas. " Fanny menerangkan ihwal pertemanan mereka bertiga.
Kok Rio ga pernah cerita ya kalo berteman dengan cewek-cewek manis. Hehehehe..apa emang aku yang terlalu ga peduli sama lingkungan ya, sampai hal itu terlewat begitu aja di pikiranku.
" Oh begitu ya.." jawabku asal.
" Emang nama marga keluarga kamu apa, Saka? " Tanya Clara yang sedikit mengagetkan aku, mengingat nama ayahku tak punya nama keluarga besar.
" Hah ? Maksudnya apa ya, Clar? " tanyaku sambil membelalakkan mataku keheranan dengan maksud pertanyaan Clara barusan.
" Kalo keluargaku kan nama marga Chinese nya itu Ong, kalo keluargamu apa tuh, ka? " Kembali Clara keukeuh ngotot bertanya asal usul keluargaku.
Aku hanya bisa menarik nafas berat dan berpikir, bagaimana aku tau nama Chinese kakekku kalo ibuku tak pernah menceritakan nama asli cina kakekku, secara dia bernama seperti orang Indonesia pada umumnya karena kebijakan pemerintah masa lalu yang mengharuskan kakekku mengganti namanya supaya tak dituduh seperti simpatisan gerakan yang pernah mencoba kudeta pada pemerintah masa lalu.
" Hei Clar..udah aku bilang kan...dia tuh cina kW, abal-abal, tampilannya aja kek koko-koko padahal dia tuh asli Jawa, aku kenal dan tahu semua keluarganya, ayah ibunya..dia kan anak adopsi.. hahaha..becanda bre.." Rio semakin kurang ajar membullyku, ya aku udah terbiasa dengan bullying-bullying seperti ini, malah tak ada perasaan marah sering dikatain seperti itu. Karena aku udah terbiasa dikatain ini itu dari aku masih kecil
" Ayahku orang Jawa asli kota ini, Clar. Sedangkan aku dapat warisan tampang seperti ini ya dari almarhum kakekku, ayahnya ibuku.." jawabku sambil tersenyum kecut.
" Oh begitu ya..aku kira kamu seperti layaknya aku, maaf ya ka..aku jadi merasa ga enak karena kamu pasti marah ya dikatain seperti itu. " Clara menyahut pelan, sepertinya menunjukkan kalo dia menyesal telah bertanya hal seperti itu kepadaku. Nampak sekilas aku melihat matanya berkaca-kaca.
" Clara, ga papa kok..aku tuh udah biasa ditanya seperti itu, aku ga pernah marah kok, jadi santai aja ya, ga usah sampai merasa bersalah apalagi sampai sedih begitu. " Jawabku tersenyum setulus mungkin pada Clara.
" Saka, Clara tuh anaknya perasaannya halus banget, jadi dia itu sensitif sama hal yang dirasa menyentuh hatinya dia pasti mewek .. hehehe.." Fanny mengatakan hal itu padaku yang aku bales dengan senyum tipis.
" Ih Fanny..apaan sih...aku kan jadi malu sama Saka tuh.." jawab Clara tersenyum malu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Tak terasa kami berjalan sambil mengobrol akhirnya sampai juga di pangkalan terminal angkot. Aku dan Rio mengantarkan dulu kedua gadis ini ke angkot yang akan mereka naiki, sedangkan aku dan Rio karena jalurnya hanya terpisah dua jalur jadi ga seberapa jauh.
" Saka, bagi nomor HP kamu dong! " Clara berkata manja melongokan kepalanya di sela pintu depan angkot waktu aku dan Rio akan beranjak meninggalkan angkotnya.
" Aku jarang punya pulsa, Clar, percuma juga kamu SMS, pasti nanti jarang aku bales deh. " Candaku padanya, yang dibalas dengan rengutan muka jutek yang dibuat-buat, yang bagiku malah terkesan lucu karena matanya yang sipit malah terkesan ga kelihatan sama sekali.
" Ya seenggaknya kalo kamu ga bales SMS dari aku, ntar aku yang nelpon kamulah..! " Clara menjawab sambil sedikit ngotot yang malah membuat aku, Rio dan Fanny tersenyum senyum karena kelucuannya yang ga disengajanya.
" Nih, catet sendiri ya, aku kan lupa sama nomor HP aku sendiri. " Jawabku sambil menyerahkan ponselku yang sudah aku buka menu di phone book yang menampilkan namaku. Aku emang ga pernah menghapal nomor ponselku, karena jaman dulu buat dapat nomor yang spesial kan harganya sangatlah mahal, manalah mampu aku membeli kartu perdana mahal yang mahal itu, karena untuk pelajar seperti aku ini yang uang jajannya tersedot habis buat kebutuhan membeli rokok, faktor nomor ponsel pokoknya bisa dibuat untuk berSMS dan telpon ( timeline waktu itu hanya SMS dan telpon)
" Makasih ya, Saka..ntar kalo ada waktu luang aku SMS kamu deh... bye bye.. Saka ." Clara mengembalikan ponselku sambil tersenyum sangat manis kemudian melambaikan tangan.
Aku dan Rio segera bergegas menuju angkot jurusan kami, buru-buru buat pulang cepat ke rumah nampaknya bisa meredam panasnya cuaca dan capeknya hari ini bersekolah. Di dalam angkot, aku masih terus bertanya dalam hati ada apakah gerangan sampai gadis secantik Clara ngotot minta nomor HPku? Ah jangan-jangan aku cuma geer semata...dasar cupu...


INI👉 DAFTAR CHAPTERNYA
Spoiler for mmm mmm mmm:


(BERSAMBUNG AJA)emoticon-Kalah
Diubah oleh akukiyut 25-09-2023 12:04
guesiapasih
monsterpinky
pussyabigore
pussyabigore dan 34 lainnya memberi reputasi
35
39.1K
1.2K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
akukiyutAvatar border
TS
akukiyut
#279
CHAPTER 66 - AKU(i)LAH DIA
Spoiler for Army Of Me:

Quote:

" Ka, mbak Ajeng sedari tadi nelpon aku terus-terusan. "
" Kamu emang beneran sekarang ga pegang ponsel?
"

Aku menggeleng. Aku emang sengaja ga nanya ke keluargaku dimana keberadaan ponselku. Sekarang aku masih males kalo ritme hidupku kudu bergantung pada keberadaan ponsel. Aku ngerasa lebih enjoy kek sekarang ini, hidupku ga diburu-buru ama sesuatu yang ngasih tau kalo aku kudu gini kek, harus pergi kesini kek. Biarlah sekarang hidupku balik ke jaman primitif kek dulu. Aku ga perlu denger kabar dari siapapun. Sesimpel itu sekarang pemikiran yang aku punya.


" Katanya dia mau jemput aku di rumah trus ngajak ke rumah kamu. "
" Pasti mbak ajeng kamu guna-gunai ya? "
" Aku curiga sebenarnya mbak Ajeng pasti udah kamu apa-apain kan? "
" Sampe segitunya dia bucin ama kamu
. " Mala nyerocos panjang banget. Aku sengaja diem, cuma mandang gerak bibir mungil Mala yang terus berkicau ceriwis kek burung kutilang bernyanyi. Trili....lili..li..li..liliiii...emoticon-Kaskus Radio

" Ehh..kok ada yang beda ama penampilan Mala sekarang ya? " Aku perhatikan secara seksama wajahnya sampe mataku ga berkedip. Nyari kejanggalan yang sedari tadi ga juga ketemu.

" Apa ya?"

Mungkin Mala jengah sedari tadi aku hanya diem dan ngeliatin dia terus menerus. Akhirnya dia berhenti ngomong, trus bibirnya berubah langsung cemberut. Sebelumnya ga lupa ama kebiasaan kelakuannya, yang selalu nyepak betisku dimanapun aku berada. Mala emang cewek yang aktif beraktivitas dengan mempraktikkan kemampuan jurus tangan dan kaki. Kalo tangannya selalu ninju apapun yang ada di depannya, kakinya aktif nyepak apapun yang ada dalam jarak jangkauannya. Sasaran paling sering adalah badan dan betis kakiku. Kalo diingetin dia selalu bilang kalo itu salah satu upayanya untuk selalu berlatih karena ngerasa aku mentornya yang kudu tau kemajuan yang dicapainya.emoticon-Cape d... (S)


" Mal, sekarang ini aku lagi ogah berurusan ama Ajeng. "
" Kalo nanti-nanti dia nyariin aku lagi bilang aja kalo aku udah pergi jauh ke Vrindhavan. "
" Ngapain juga aku pake guna-guna, Mal. Yang bener tuh aku cuma pake jurus kameha-meha. "
" Kamu mau ngerasain jurusku itu?
" Kamu nanti gantian bucin ama aku loh.
" aku terkekeh selesai ngomong itu. Walaupun betisku sekarang sedikit cenut-cenut, sepakan kaki Mala tadi lumayan keras.

Mala langsung melotot judes.

Aku masih penasaran ama pikiranku soal perubahan penampilan di wajah Mala.

" Mal, kamu ada ngerubah penampilan wajah ya? "
" Emangnya apa ya? Kok aku ga ngeh "


Mala ketawa nyengir sambil sengaja menyingkap bagian depan rambutnya ke belakang telinga. Rasanya sekarang aku tau perubahan apa yang ada di wajah Mala.

" Mulai kapan kamu pake anting? "

" Udah lama keleus..hehe...
" Jawab Mala tersenyum nyengir terkekeh ngeledek.

" Ciee..."

" Apaan sih, Ka."
Mala tersipu malu, pipinya merona bersemu merah.

" Cowok mana nih yang sanggup bikin seorang Nirmala berubah sedikit feminim ? " Aku ketawa ngakak bayangin suatu waktu nanti Mala ngebolang make dress. Selama ini aku ga pernah ngeliat dia make rok kecuali pas di sekolah. Kalo di rumah Mala selalu make celana training atau legging ketat. Selama ngebolang bareng dia, Mala selalu make celana skinny jeans atau make celana kargo adventure.

Mala tersenyum nyengir malu menutupi wajahnya dengan dua telapak tangannya. Mungkin dia sendiri ga nyangka kalo keinginannya ngerubah sedikit penampilannya bakalan menarik perhatianku.

" Aku mau ngerubah imageku yang selama ini selalu dipanggil pendekar ama teman-teman di sekolah, Ka. " Sahut Mala tersenyum sedih. Aku emang tau selama aku masih bersekolah bareng Mala, teman-teman sekelasnya selalu segan ama Mala. Sering mereka menyebut kalo Mala adalah Hotaru Tomoe. Si Sailor Saturnus. (Apasih ngelantur! ) emoticon-Mad

Aku langsung menunjukkan dua jempol jariku ke arah dekat mukanya sampai nyentuh pipinya.

" Ih..kamu apaan sih, Ka. "
" Norak banget deh
! " Cibirnya dengan bibir yang tetap disetel cemberut.

Aku yakin kalo Mala mau berubah lebih feminim dan menambahkan riasan tipis di wajahnya. Hal yang semula awalnya aku sangkal pasti jadi kenyataan. Jenis mata kucing yang dimilikinya. Alis yang tebal alami dengan lengkung berbentuk bulan sabit. Hidung mancungnya yang mirip Asmirandah, serta bibir tipis yang gemesin kalo pas cemberut. Aku yakin seyakin-yakinnya semua bedes, asu, buaya dan bandot pasti terpesona ama kecantikannya dan rela ngantri buat dapat tendangan memutar Dwi Huryeo Chagi.emoticon-Ngakak (S)

Sebenarnya aku pingin ketawa kalo ngeliat Mala sekarang rada berpenampilan feminim. Bukan ketawa ngeledek. Tapi lebih ke ingatan awal dulu pertama kali kenal Mala, karakteristik ciri khas ceweknya hanya karena rambutnya panjang. Bemper depannya lebih cenderung rata, kompak ama bemper belakangnya juga terepes kek bemper bajaj. Kalo ga sengaja nabrak badannya Mala dari belakang aku yakin semua orang bakalan apes. Reaksi balesan berupa tendangan jelas pasti akan keluar dari kakinya yang tergolong panjang. Kelakuannya dan perangai Mala emang cowok banget. Makanya aku dulu sering ngeledek dia cewek bertongkol. emoticon-Ngakak (S)

Obrolan Mala denganku hari ini kemungkinan adalah obrolan terakhir kalinya kami bertemu. Besok sore dia bakalan pergi barengan 2 kakaknya nyusul kedua orangtuanya pulang ke rumahnya di S*m*rind*.

" Jadi kamu nanti bakalan terus menghindari mbak Ajeng, Ka? "

Aku mengangguk. Aku udah berpikir masak-masak kalo urusan hubungan dengan Ajeng kompleks banget. Bakalan banyak hambatan dan rintangan yang bakal aku tempuh. Aku bukanlah tipe orang yang selalu berpikir,

" Udahlah jalani aja dulu. '
" Nanti pasti ada jalan keluar
. "

Aku selalu memikirkan matang-matang segala sesuatunya. Jalan hidupku masih akan dimulai dari perjalananku ke mainland, besok lusa. Untuk mewujudkan segala mimpi dan harapanku demi masa depanku. Sedangkan jika aku memenuhi tuntutan dari Ajeng, aku ngerasa aku bukanlah orang yang tepat buat dia. Ajeng pernah ngomong ama aku,

" Kamu adalah seseorang yang sedari dulu aku cari dan aku tunggu selama aku menjalani hidup, Ka. "
" Kenapa baru sekarang kamu muncul di hidupku. "
" Aku udah milih dan mantap buat menikah ama kamu, Ka. "
" Aku ga peduli ama keluargaku mau setuju apa engga ama kamu, kita nanti menikah ke luar negeri aja..
" Kata-kata Ajeng itulah yang selalu diomongin selama ini. Membuatku makin pusing. Sampe teman cewek Ajeng yang menemaninya tinggal di rumah bilang kalo Ajeng sama sekali ga mau membuka hatinya ama pria lain. Ajeng yang dulu selalu aktif hanging out dengan teman kantornya. Kini lebih memilih anteng di rumah, dia sedini mungkin membatasi diri dari pergaulan dan interaksi dengan lawan jenis. Aku yang pernah ngobrol ama teman Ajeng jadi ngerasa ,

" Aku kudu piye, Jum? "
emoticon-Kalah

Pemikiran Ajeng itu bagiku adalah pemikiran yang terlampau jauh dan naif dari apa yang akan aku jalani sekarang. Berkeluarga dan melangkah ke dunia antah berantah bernama pernikahan adalah hal yang bagiku terlalu utopis.

" Aku bersumpah demi Alan...sama sekali ga pernah sekalipun terbersit di pikiranku untuk memikirkan hal kek gitu. "
" Umurku sekarang masih 19 tahun (waktu itu) "
" Ga ada sekalipun keinginanku buat buru-buru berumah tangga.
" Modal apa yang aku punya?"
" Aku bukanlah tipe cowok Mokondo
"

Maka dengan sikap picik dan bertingkah kek seorang pecundang pengecut, aku memutuskan ga berpamitan ama Ajeng untuk kepergianku besok lusa. Hanya Mala yang aku tunjuk sebagai wakil juru bicaraku. Aku mengakui kalo sikapku terlalu picik untuk menghadapi sikap terus terang Ajeng yang banyak berharap ama aku. Entahlah... ULUN UYUH,JUM!
emoticon-Gregetan


XXXXX



" Kamu harus tetap wujudin mimpi kamu, Ka. "
" Buat lanjut kuliah walaupun tanpa dibiayai orang tua. "
" Tunjukkan ama semua keluargamu kalo kamu bisa mandiri, bayar kuliahmu sendiri sampai lulus. "
" Itu artinya ibumu akan salut, walaupun kamu sebenarnya ada biaya yang tersedia buat kamu kuliah. "
" Cuma syaratnya kan kamu kudu nurut ama jurusan yang dipilih orang tua
. "Cetus Beno panjang lebar. Beno paham banget ama jalan pikiranku waktu tau dari ibuku kalo keinginanku sekarang adalah lebih milih kerja daripada nerusin buat kuliah.
Malam ini Beno mampir ama Kipli di rumahku. Beno lagi liburan setelah ujian akhir semester.


" Disana nanti kamu harus selalu hati-hati ya, Ka. "
" Pokoknya balik lagi kesini dengan selamat. "
" Kalopun kamu emang ga ada niat buat balik kesini lagi, aku ikhlas kok
.. " ucapan Kipli awalnya terdengar kek pesan dan petuah yang bijak buatku tapi endingnya bikin aku keki ama omongan kembarannya Dajjal ini.

" Woo..mesti ujung-ujungnya ngeledek nih si Abu Jahal. "

" Hahaha..."
Kipli ama Beno ngakak.

Guyonan terakhir ama Kipli dan Beno di sore hari kemarin masih terngiang dengan jelas di telingaku. Bestie-bestie masa kecilku yang posisinya selalu ada dalam fase apapun di hidupku. Mereka selalu ada di tiap saat aku tertimpa masalah maupun musibah. Kecuali seorang Mamat yang saat ini ada dalam lapas. Bertiga di siang hari kemarin kami sama-sama jenguk dia di lapas. Sembari aku berpamitan ke Mamat kalo beberapa waktu nanti, sementara waktu aku ga bisa lagi rutin untuk menjenguknya.


" Jadi kamu kesana make uang tabungan buat kuliahmu ya, Ka?. " Tanya Beno.

" Uang tabunganku aku pake buat kebutuhan selama disana, Ben. "
" Segala urusan paspor,visa dan tiket semuanya dibayar ama papanya Siska. "
" Kemarin juga aku udah dikasih sangu duit ama papanya Siska buat semua keperluanku nanti disana. "
" Rasanya uang itu ga akan aku pake kecuali uangku sendiri udah abis. Ya dengan terpaksa mungkin aku pake uang itu. "

" Aku cuma berharap. "
" Kamu nanti tetap kudu nabung lagi buat wujudin mimpimu lanjut kuliah, Ka. "

" Iyalah pasti. "
" Pokoknya doain aku bisa ya, mbut!
" jawabku tersenyum senang. Karena aku yakin sohib bestieku selalu mendukung apapun yang aku lakukan

" Emoh.. ngapain aku doain orang yang ga pernah percaya ama Tuhan . "

" Woo..Janc*k.. pancen @su!!!
" Balasku ketus.

"Hahahaha.." Beno ama Kipli langsung ketawa ngakak.

Quote:


Beno adalah satu-satunya sohib kami yang beragama Nasrani Katolik. Keluarganya adalah keluarga yang religius dengan latar orangtuanya pendidik di perguruan tinggi. Ayah dan ibunya Beno sama-sama berprofesi sebagai dosen senior di perguruan tinggi negeri di kotaku. Hari ini dia mampir ke rumah bareng Kipli. Udah 3 hari dia pulang ke rumahnya. Libur ujian akhir semester. Beno satu-satunya dari kami berempat yang melanjutkan mimpinya ke jenjang pendidikan yang tinggi. Kipli SMA ga sampe lulus, cuma sampe kelas 2, Mamat dan aku yang lulus dari jenjang SMA.


XXXXX



Di dalam pesawat aku memikirkan lagi banyak hal terutama mengingat lagi peristiwa semalam. Sebenarnya ibuku kelihatan berat banget buat ngelepas aku berangkat ke mainland seandainya bukan Om Thomas yang memberikan jaminan kalo aku bakalan baik-baik aja disana. Semalam sebelum berangkat, orang tuanya Siska datang berkunjung, termasuk Steve juga ngikut. Siska katanya nanti datangnya menyusul karena dia sekarang sibuk ngikut les di tempat bimbel buat ngejar target masuk SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Om Thomas kembali ngasih aku petunjuk kek yang beberapa hari lalu udah diberikan padaku. Papanya Siska beneran total ngasih aku segala sesuatu buat akses selama nanti aku disana. Ada kartu ATM yang tinggal aku pake, dan yang utama sebuah ponsel BB baru. Buat kami berkomunikasi dan berkoordinasi dengannya maupun teman-temannya disana.

Menjelang jam 20.00 Siska datang ke rumah. Sebenarnya kalo kata kakak pertamaku, mbak Inna yang rumahnya ada di samping rumah ibuku. Siska masih sering datang ke rumah. Itu juga dia datang kalo kebetulan posisiku ga berada di rumah. Siska selalu mampir buat sekedar jenguk ibu dan kakakku.


" Hai Sak..!! " Siska nongol dengan senyuman yang sedari dulu selalu aku rindukan. Dia tanpa sungkan langsung duduk di sebelahku yang lagi ngobrol ama papanya. Ada perasaan berdesir aneh sewaktu posisinya yang deket banget denganku. Secara udah lama kami ga pernah ketemu dan berada dalam jarak yang dekat banget.

" Hai, Sis. " Sapaku memandang ke arah tempat dia sekarang duduk di dekatku. Saking dekatnya Siska mepet, sampe bahu kami saling bersentuhan. Sebenarnya aku rada canggung berdekatan ama Siska, di hadapanku kan ada papa mertuaku. (Woy ngarep..!!)emoticon-Mad
Siska tetep cuek aja ama keberadaan papanya yang cuma tersenyum ngeledek anaknya, ngeliat kedekatan kami berdua ( Halah geer!)emoticon-Lempar Bata

" Besok jadi berangkat jam berapa ? "

" Jam 10.00. "

" Maaf ya aku ga bisa ikut nganter. "


Aku mengangguk.

" Iya gapapa..kamu kan kudu sekolah. "
" Jangan sampe bolos, biar kamu nanti bisa lulus SNMPTN
. "

Siska tersenyum mengangguk.
Ada kecanggungan diantara obrolan kami. Karena mungkin kondisi kami yang selama ini " sengaja " untuk saling dijauhkan ama keluarga kami masing-masing.

Orangtuanya Siska pamit ke keluargaku pulang duluan. Aku mengantarkan orangtuanya Siska sampai di halaman depan. Siska kesini bawa mobil sendiri, dia bilang ke orangtuanya kalo masih pingin disini.
Aku ngajak Siska pindah ngobrol di teras depan, aku pingin ngudud. Sedari tadi sungkan ama om Thomas mau ngerokok di hadapannya .

" Besok siapa yang nganterin ke bandara?" Tanya Siska yang sekarang berpindah tempat duduk, beralih di hadapanku.

" Ada Kipli yang nganterin. "

Siska mengangguk, dia emang kenal ama Kipli. Aku sengaja lebih banyak nunggu dia yang bicara, daripada aku yang berinisiatif ngajak dia ngomong duluan. Sekarang suasana diantara kami canggung dan kaku.

" Maafin aku ya, Sak. " Siska tertunduk dia mulai terisak. Bahunya terguncang seiring isakan tangisnya yang terdengar lirih di telingaku.

" Buat?
" Aku langsung ngeliat ke arahnya yang tertunduk dengan bahunya yang tergoncang makin keras.

" Kamu sampe koma kan gara-gara aku. "

" Udahlah, kamu juga pasti tau kalo bukan kamulah yang bikin aku kek gitu."

" Engga...engga..."
" Karena gara-gara akulah penyebabnya. Yang bawa dia ke rumah. "
" Kalo aja aku ga kenal dia, pasti ga akan ada kejadian kek gitu.
" Siska terbata-bata ngomong panjang lebar, isakannya tambah keras. Siska bicara sambil terbawa emosi. Sebenarnya ada keinginanku buat merengkuh dan memeluknya, ngasih ketenangan untuk meredam emosinya yang terus-menerus meletup tapi...Sekarang rasanya ada sekat ga terlihat bernama Ego diantara kami. Terutama aku..


Tiba-tiba aku inget obrolan ama Kipli beberapa waktu yang lalu. Aku dan Siska emang sekarang berjarak. Orangtuanya dan keluargaku bukan melarang kami untuk saling bertemu. Tapi setelah kejadian itu rasanya emang ada upaya dari keluarga kami masing-masing untuk sementara waktu mencegah kami untuk saling bertemu. Upaya "menjauhkan" kami berdua rupanya adalah kesepakatan tak tertulis diantara 2 keluarga. Bagaimana soal Steve adik Siska yang terbiasa aku ajarin bermain gitar? Di akhir pekan orangtua Siska mengantarkan Steve ke rumahku untuk kembali belajar gitar.

Keluarga Siska merasa kekuatiran mereka kalo sampe aku balik ke rumah mereka, trauma akan peristiwa itu akan kembali menghantuiku terus-menerus. Padahal aku bukanlah orang yang punya sifat gampang dengan trauma berlebihan. Aku selalu ingat kata-kata dari sabeumku dulu.

" Jadikan rasa sakit dan rasa takut di tubuhmu menjadi sebuah senjata mematikan yang akan selalu menguatkanmu untuk kembali bergerak. "

Kata-kata itulah yang selalu aku endapkan dalam otak bawah sadarku untuk menghadapi apapun rasa sakit yang menimpa dan mendera kehidupanku. Trauma hanya akan selalu membuat kita terjebak dalam labirin ketakutan seumur hidup. Sebisa mungkin aku akan mengolah perasaan sakit itu menjadi sebuah kekuatan untuk terus bangkit dan kembali berjalan.

" Udah lama aku ga pernah ngeliat Siska kesini, Ka. " Ucap Kipli yang kapan hari mampir ke rumah.
Aku hanya menggeleng dan tersenyum membalas pernyataan Kipli tanpa mengeluarkan jawaban sama sekali. Kipli hanya berekspresi pandangan datar akan jawabanku barusan.

" Lagian kenapa juga dia keseringan kesini, mbut... hehehe.." Akhirnya aku bersuara diantara keheningan suasana di teras rumahku.

" Ya biasanya kan dia sering ke rumahmu. "

" Sekarang engga
.. " aku memotong ucapan Kipli.

" Pantesan aku tadi liat dia.. " ucap Kipli terjeda, nampaknya dia ragu untuk meneruskan ucapannya.

" Liat dimana? "

" Tadi pas aku ngamen di sekitaran taman b*ng**l, di cafe lesehan di belakang taman. "
" Aku liat dari jauh Siska ama seorang cowok mungkin temannya, soalnya mereka sama-sama masih berseragam sekolah
. " Ucap Kipli tersenyum menyeringai. Aku tau dia saat ini mau ngeledek aku.

" Kenapa emangnya? "
" Aku kan bukan pacarnya lagi. "
" Dia bebaslah mau jalan ama siapa juga sekarang udah bukan urusanku lagi, mbut
. ! " Jawabku rada sewot, entah kenapa waktu Kipli ngomong kalo dia tau Siska ama cowok. Rasanya emosi hatiku ada rasa dongkol menyentuh hatiku. Labil banget ya perasaanku. Tadi bilang ga cemburu, tapi perasaanku diliputi kedongkolan luar biasa emoticon-Belo

" Apa aku cemburu ya? " Batinku berdialog. Ga bisa aku pungkiri kalo emang ada sedikit kejengkelan ama kabar yang barusan disampaikan Kipli. Tapi aku ngerasa bodoh banget kalo aku sampai nyamperin Siska dan nanyain kebenaran cerita Kipli.

" Emangnya sekarang kamu masih pacarnya Siska? " tanya logika otakku.
" Kamu tuh ga tau diri! Berapa kali Siska ngajak kamu buat balikan tapi kamu lambat ngasih sinyal. Sampe dia keblinger dan hampir aja dilahap ama Arthur yang kek gitu. " Jawab nuraniku.
"Harusnya kamu jadi pacarnya Siska lagi soalnya kamu udah buka segelnya. " hardik nalarku dengan tajam.
" Pokoknya kamu harus tanggung jawab ama Siska ! " Cetus batinku.

Aku hanya berharap suatu waktu nanti aku bisa kembali menjalin hubungan baik dengan Siska. Entah itu sebagai seorang sahabat, kekasih ataupun keluarga. Jalinan ikatan kekeluargaan diantara keluarga kami adalah landasan kokoh buat kembalinya hubungan kami ke depannya. Tanpa diliputi lagi perasaan canggung dan kekakuan diantara kami berdua.
Kami emang mengakui kalo gagalnya hubungan kami selalu dipengaruhi ama perasaan kami yang masih alay dan labil. Kami mungkin masih terlalu muda untuk bisa memahami dan mengartikan sebuah hubungan cinta yang sesungguhnya. Kami berdua melangkah ke jenjang itu berawal dari proses dari 2 orang bersahabat yang berubah menjadi sepasang kekasih. Semoga terurainya benang kusut di pikiranku sekarang bisa membawa ketenangan untuk mengiringi perjalanan burung besi ini membawaku semakin jauh dari rumahku...


Dan aku rasa petualangan baru hidupku ...dimulai..

" Woles Jum" emoticon-Kalah

(Lanjutnya ntaran aja dongs)emoticon-Gregetan

Diubah oleh akukiyut 19-04-2024 03:43
grogoroth
khodzimzz
Rainbow555
Rainbow555 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup