Ada hal lucu yang baru - baru ini terjadi di dunia olahraga Indonesia. Meskipun bukan lelucon, Kehebohan yang ramai dibicarakan berasal dari cabang olahraga bulu tangkis. Masalah nama salah satu merk rokok yang selama ini menjadi pemasok beasiswa untuk para pemain bulu tangkis. Sejak zaman Taufik Hidayat masih tenar di jagad perbulutangkisan Indonesia, permasalahan tersebut tak pernah dipermasalahakan. Kenapa baru sekarang masalah pencantuman nama Djarum mencuat ke publik?

Bahkan Komisi Perlindungan Anak menyatakan adanya dugaan eksploitasi anak dalam praktek di lapangan. Bagi orang awam yang tidak menelusuri permasalahan ini dari awal, pasti akan merasa aneh bila perusahaan yang memberikan beasiswa kepada calon atlet malah dituding melakukan eksploitasi. Ternyata masalahnya bukan di beasiswanya melainkan pada merk dagang si perusahaan itu sendiri. Brandtersebut dipajang di baju anak - anak yang berada di bawah naungan beasiswa Djarum. KPAI mengatakan hal tersebut bisa berdampak buruk bagi anak - anak sebab merk Djarum adalah brand rokok. Sehingga ibaratnya anak - anak ini secara tidak langsung disuruh untuk mengkampanyekan merk rokok tersebut. Disinilah letak tuduhan eksploitasi ini berasal.

Memang tidak selayaknya anak - anak mempromosikan brand yang sebenarnya dikhususkan oleh orang dewasa. Saya yang awalnya keheranan dengan tuduhan tersebut, perlahan - lahan mulai merasa apa yang dilayangkan KPAI masuk akal.



Pihak Djarum juga memberikan respon untuk tidak melanjutkan adanya audisi calon atlet bulu tangkis Indonesia untuk tahun depan. Tapi keputusan tersebut akhirnya diganti karena sudah ditemukan solusinya. Nama Djarum yang dianggap menjadi inti persoalan di kasus tersebut nantinya akan dihilangkan dari kostum para atlet. Audisi di tahun 2020 tetap akan berjalan seperti biasa. Nah, sekarang justru yang saya pertanyakan adalah "Pihak Djarum mendapatkam apa? Bukankah tujuan pemberian sponsor berupa beasiswa ke atlet bulu tangkis sebenarnya adalah upaya marketing pada awalnya? Jika nama Djarum menghilang, apakah siasat marketing Djarum ikut tumbang?