knotfestAvatar border
TS
knotfest
Ekonomi Indonesia Sulit Sentuh 6%, Bagaimana Target Jadi Negara Maju?
Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkapkan Indonesia sulit menjadi negara maju jika pertumbuhan ekonomi Indonesia belum menyentuh 6 persen (year on year/yoy). Hingga kuartal I 2024, ekonomi Indonesia masih di posisi 5,11 persen yoy.

Rencana Pembangunan Menengah Naisonal (RPJMN) 2025-2029 menjadi langkah awal Indonesia memperoleh status negara maju, dengan sasaran pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen.

Peneliti Center of Industry, Trade and Investment INDEF, Ahmad Heri Firdaus, mengatakan komponen pembentuk PDB seperti rumah tangga dan industri yang paling berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga (PK-RT) sebesar 4,91 persen. Jika pertumbuhan dua komponen tersebut tidak bisa dijaga, maka pertumbuhan ekonomi sulit naik dari level 5 persen.

“Target kita masuk negara maju, rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen mulai 2025. Kalau kurang dari 6 persen, maka negara maju mundur lagi. Apakah sudah ada tanda ke 6 persen? Belum, sekarang kita cukup berat berkutat di 5 persen,” ujar Ahmad dalam Diskusi Publik INDEF ‘Catatan Kritis Ekonomi Indonesia pada Kuartal Pertama virtual, Selasa (7/5).

Ahmad menilai apabila pertumbuhan ekonomi tahun 2025 di kisaran 5,3-5,5 persen, angka tersebut belum cukup untuk memenuhi target rata-rata minimal 6 persen. Tantangan pertumbuhan ekonomi yakni komponen pembentuk tidak pernah terakselerasi, seperti harga pangan yang mempengaruhi konsumsi rumah tangga.

“Ketika baru mau konsumsi, dikit harga-harga sudah naik, jadi enggak jadi konsumsi. Harusnya kita beli barang banyak, karena harganya lebih mahal, enggak jadi beli banyak,” kata Ahmad.

Meskipun rasio investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih tinggi, rasio output modal tambahan (Incremental Capital Output Ratio) atau ICOR cukup besar. Artinya, untuk menghasilkan satu unit barang, investasi yang diperlukan harus banyak.

“Investasi kita belum berkualitas, PR ke depannya meningkatkan kualitas investasi supaya bisa berdampak pada PDB. Berat banget ke 6 persen, dari sisi pengeluaran 80 persen konsumsi rumah tangga dan investasi,” imbuh Ahmad.

“Kalau misalnya tahun depan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen. Berarti buat tahun depannya lagi ya harus 6,5 persen,” lanjutnya.

Daya Beli Masyarakat Rendah

Peneliti Center of Macroeconomics and Finance INDEF, Riza Annisa Pujarama, mengungkapkan konsumsi rumah tangga tidak optimal dan masih di bawah pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5,11 persen yoy.

Riza menyebut konsumsi masyarakat dalam kondisi positif seharusnya bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di level 5,11 persen. Pertumbuhan ekonomi dapat didorong momentum daya beli seperti persiapan Lebaran, serta belanja pemerintah seperti bansos dan pemilu.

“Konsumsi pemerintah dan rumah tangga pemerintah ini rendah sehingga pertumbuhannya masih terbatas. Itu sebenarnya kalau misalnya daya belinya masyarakat itu masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak ya lebih dari 5,11 persen,” terang Riza.

Dari catatan BPS, pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali sektor pertanian, perkebunan dan perikanan terkontraksi sebesar 3,54 persen. Riza menilai sektor tersebut seharusnya dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

“Tantangannya adalah perlambatan industri produksi dan permintaan serta daya beli masyarakat. Banyak pabrik tutup dan ini perlu diperhatikan juga ke depannya bagaimana penyerapan tenaga kerja, ke depannya ini akan menggerus daya beli juga,” jelasnya.

https://m.kumparan.com/amp/kumparanb...ju-22h2mEH1kLY

2030 Indonesia bubar
maniacok99
BALI999
bukan.bomat
bukan.bomat dan 3 lainnya memberi reputasi
2
369
40
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan