Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dalledalmintoAvatar border
TS
dalledalminto
Perayaan Tradisi Nyadran di Desa Bongsren Kring 1, Serta Pelajaran yang Bisa Dipetik!




Nyadran merupakan sebuah tradisi dari para leluhur yang masih lestari hingga kini. Nyadran berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya keyakinan. Suatu keyakinan untuk mendoakan para leluhur yang telah lebih duluan meninggal dunia.

Seperti saat ini bertepatan hari ke-25 sasi ruwah masyarakat Bongsren Kring 1 melaksanakan tradisi nyadran. Tradisi nyadran ini didahului dengan pembersihan makam leluhur yang disebut besik, dilakukan secara gotong royong oleh warga desa pada hari Minggu atau sebelum hari H puncak perayaan nyadran yang pada tahun 2024 ini bertepatan hari Rabu tanggal 6 Maret 2024.

Setelah kegiatan bersih-bersih makam atau besik, di hari berikutnya warga desa berziarah ke makam leluhur masing-masing. Biasanya warga desa membawa bunga tujuh rupa untuk ditaburkan di atas nisan atau kuburan kerabat/leluhur serta membakar kemenyan.

Acara puncak yakni doa dan tahlil bersama di los Makam Ringin yang dihadiri seluruh warga pedukuhan Bongsren Kring 1 juga para ahli waris Makam Ringin Bongsren yang dilakukan siang hari ba'da dzuhur. Namun pada malam harinya sebelum acara puncak pun diawali dengan doa dan tahlil bersama dilanjutkan dengan makan bersama.

Setiap kepala keluarga membawa berkat kenduri sebanyak dua besek. Berkat kenduri ini disesuaikan dengan kemampuan, ada yang dalam bentuk matang, ada pula yang berbentuk mentah. Bentuk matang berisi nasi berserta lauk pauk: ayam, bakmi, telur rebus, tempe bacem, dll. Sedang untuk berkat dalam bentuk mentah berisi beras 1 kg, minyak goreng, mi instan, gula, kopi/teh serta jajan pasar bisa berupa wafer, roti kemasan, dll.

Berkat kenduri tersebut dikumpulkan di dalam satu rak. Setelah dilakukan tahlil dan doa bersama yang dipimpin mbah kaum, berkat-berkat kenduri tersebut dibagikan lagi kepada seluruh warga yang hadir di acara ruwahan/nyadran secara acak. Sehingga berkat kenduri yang kita bawa kemungkinan kecil kita bawa pulang karena akan bertukar dengan berkat kenduri yang lain.

Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa nyadran atau ruwahan yakni:
1. Menjaga dan merekatkan nilai silaturahmi antar warga.
2. Meningkatkan rasa kegotong-royongan dan kekompakan antar sesama.
3. Menumbuhkan rasa solidaritas dan berbagi dengan cara mengeluarkan berkat kenduri
4. Melestarikan adat budaya dan tradisi yang tentunya memiliki nilai-nilai luhur.
5. Sebagai sarana mensinergikan seluruh warga masyarakat dari ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda-pemudi hingga anak-anak.

Nah, itu tadi sepintas kegiatan nyadran atau ruwahan di desa aku. Kira-kira di daerah Gansist masih adakah tradisi nyadran atau ruwahan ini?



Narasi: opini pribadi
Ilustrasi: dokumen pribadi
pulaukapok
pulaukapok memberi reputasi
1
88
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan