Tidak ada pasangan yang sempurna. Semua pasti ada kekurangan dan kelebihan. Tugas masing-masing pasangan adalah saling menyempurnakan, bukan mencari kesempurnaan.

Perdebatan, pertengkaran, serta perbedaan sudut pandang sudah menjadi hal yang biasa dalam setiap hubungan.

Hanya saja, perlu digaris bawahi sumber masalah itu apa dan bagaimana cara menyelesaikannya. Ibaratnya ketika di lain pihak sedang menjadi api, maka pihak lainnya harus rela menjadi air.

Namun, bukan berarti salah satu pihak egois untuk menjadi api terus, menonjolkan sifat mau menang sendiri dan merasa dia tidak pernah salah. Sedangkan, pasangannya harus terima apa pun yang menjadi keputusan dirinya.

Tidak sedikit yang terjebak hubungan toxic, mempunyai pasangan yang kasar, baik itu dari ucapan maupun perbuatan. Bahkan, ada yang sampai hati main tangan.

Beberapa memilih untuk berpisah, beberapa lagi memilih untuk bertahan dengan berbagai macam alasan. Entah itu karena udah terlanjur bucin atau juga karena ketergantungan.

Oleh sebab itu saat menjalin hubungan, usahakan logika tetap berjalan. Bukan cinta buta yang tidak tahu arah dan tujuan. Merelakan batin tersiksa juga fisik menderita.

Kesabaran harus ditempatkan pada tempat yang sesuai. Bedakan antara sifat sabar dengan kebodohan.

Kalau ane pribadi kalau punya pasangan yang toxic, mending bubar aja. Daripada makan hati. Lebih baik fokus pada diri sendiri, perbaiki kualitas diri.

Kalau terlanjur cinta gimana? Makanya itu dari awal menjalani hubungan jangan pakai perasaan sepenuhnya, gunakan pula logika.

Oke, kalau itu akan terasa berat, tapi seiring berjalannya waktu perasaan itu akan hilang secara perlahan. Menangis jika memang perlu menangis. Luapkan semuanya biar terasa lega. Setelah itu mulailah berbenah diri. Sambut hari-hari dengan semangat baru.

Kalau agan sista sekalian pilih yang mana, bertahan atau putuskan?


Kalau agan sista sekalian pilih yang mana, bertahan atau putuskan? Yuk, kita diskusi di kolom komentar!

Sumber: Opini Pribadi
Picture : Pixabay