Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

db84x4Avatar border
TS
db84x4
Duh! Jokowi Lupakan Hal ini, RI Bisa Batal Jadi Negara Maju
Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
NEWS 05 January 2023 14:35
Foto: Infografis/'Bom Waktu' di Jawa: Anak Muda Nganggur & Kemiskinan Ekstrem/Arie Pratama


Jakarta, CNBC Indonesia- Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kini tidak berkualitas. Terutama disebabkan investasi yang mayoritas diarahkan hanya untuk pembangunan infrastruktur.

Salah satu bukti tidak berkualitasnya pertumbuhan itu kata dia tercermin dari kontribusi industri manufaktur terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun. Hingga kuartal III - 2022 besarannya tinggal 18,3% dari posisi akhir 2021 di level 29,1%.

"Sehingga ada gejala deindustrialisasi dini di sektor industri manufaktur kita yang alami perlambatan sebelum mencapai waktunya atau titik optimumnya," tutur Faisal dalam diskusi Catatan Awal Tahun 2023, Kamis (5/1/2023).

Menurut Faisal, memburuknya kualitas pertumbuhan ekonomi ini dipicu komposisi investasi yang diarahkan pemerintah kebanyakan untuk sektor-sektor infrastruktur. Sementara itu, investasi di bidang IT, hingga Riset jauh tertinggal dibanding negara lain.

"Investasi di Indonesia sebetulnya tinggi, tapi lihat Indonesia itu temannya Nepal dan Myanmar, investasinya otot, fisik, berupa building and construction jadi bukan otak yang dibangun," ucap Faisal.

Mengutip data APO Productivity Databook 2022, Faisal menunjukkan komposisi investasi Indonesia mayoritas untuk konstruksi, sebesar 83%. Setara dengan Nepal yang di urutan pertama 85% dan Myanmar 81%.

Untuk IT dan Research and Development (R&D) tak sampai 5% sedangkan investasi lainnya yang non IT hanya di kisaran 10% dan peralatan transportasi di kisaran 3%.

Adapun Thailand kata Faisal investasi infrastrukturnya hanya 32%, sedangkan untuk IT Capital bisa mencapai 13% dan R&D sebesar 4%, peralatan transportasi 25%, dan lainnya non IT 26%.

Demikian juga dengan Malaysia yang investasi IT Capitalnya sudah di posisi 16%, R%D di kisaran 4%, peralatan transportasi 7% dan investasi lainnya non IT mampu mencapai 18%. Sedangkan untuk investasi di sektor konstruksinya sebesar 50%.

China sendiri dengan luas wilayah yang Cukup besar, berdasarkan data Faisal, porsi investasinya untuk sektor konstruksi hanya 63%, untuk peralatan transportasi 9%, IT Capital 7%, R&D 4%, dan lainnya non IT sebesar 17%.

"Bikin ibu kota, LRT, MRT, Kereta Cepat, oke, kita enggak menolak, tapi harus diiringi oleh suntikan otak dalam bentuk IT Capital, other non IT Capital, dan R&D. Ini yang mendukung sustainable pertumbuhan itu," ujar Faisal.

Oleh sebab itu, ia memperkirakan, hingga 2045 pun akan sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara dengan pendapatan menengah atau middle income trap, sebab investasinya untuk meningkatkan kerja otak anak bangsanya sangat minim. Indonesia mungkin gagal jadi negara maju.

"Itulah yang pada akhirnya hampir bisa dipastikan Indonesia akan mengalami middle income trap, tidak terhindarkan kalau business as usual masih jalan terus seperti sekarang ini," kata Faisal.(mij/mij)

Sumur Impor

Sudah kuduga 🤔
bestieku
nomorelies
seword.com
seword.com dan 5 lainnya memberi reputasi
2
1.1K
37
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan