Hallo agan-sis pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan pengalaman mistis saya saat mendaki gunung Telomoyo yang terletak di Jawa Tengah. Oke gak usah bosa-basi lagi, mari langsung ke TKP.






Gunung Telomoyo adalah gunung yang terletak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Gunung ini memiliki ketinggian 1.894 m dpl dan merupakan gunung api yang berbentuk strato tetapi belum pernah tercatat meletus.


Sesuai penjelasan diatas ya agan-sista bahwa gunung Telomoyo itu ada di Jawa Tengah dan memiliki ketinggian 1.894 ( MDPL = Meter Diatas Permukaan Laut).




Inilah kisahku saat melakukan pendakian gunung Telomoyo

Pendakian yang saya lakukan pada tanggal 7 bulan Mei Tahun 2018, bersama tiga teman saya yaitu Fakiq, Rido dan Fajar. Kami berempat berasal dari Kabupaten Grobogan, untuk sampai ke Bascame gunung Telomoyo kira-kira memakan waktu -+ 6 jam ( ya karna kesesat dan banyak rebahan makanya molor).

Setelah sekian lama perjalanan akhirnya kita berempat sampai juga di Bascame pendakian gunung Telomoyo . Ya kali ini kita melakukan pendakian gunung Telomoyo via Bascame Arsal. Sesampainya di Bascame saya langsung mengurus persiapan pendakian, mulai dari menata peralatan, mengurus administrasi dan lain-lain untuk biaya atau tiket dipungut biaya Rp. 10000 per orang. Setelah semuanya siyap akhirnya pendakianpun dimulai.








Kami berempat meninggalkan Bascame arsal jam 16.00 wib, sepanjang perjalanan kita menikmati pemandangan yang asri, melintasi ladang penduduk dan melupakan mantan yang sudah menikah dengan orang lain .

Pendakian kali ini cukup menantang bagi kami berempat, karena selama perjalanan jarang sekali kita menemui rombongan pendaki lain. Maklum pendakian gunung Telomoyo kebanyakan via jalur bermotor, kami aja yang via jalan kaki.







Akhirnya setelah sekian lama berjalan melewati jalur naga, membelah rimbanya rumput dan pepohonan kami sampai juga di puncak gunung Telomoyo via arsal



.

Kami sampai dipuncak sekitar jam 21.00 wib, saat itu cuma ada rombongan kami saja, segerlah kami mendirikan tenda ditengah terjangan angin beserta hujan badai cetar membahana. Tubuh ini rasanya sudah tak ada daya lagi, perut yang lapar, dingin yang menusuk tulang membuat kami berempat saling menyalahkan bila ada salah satu dari kami melakukan kesalahan.







Setelah tenda berdiri tegak dibawah pohon yang kokoh, kami berempat segera masuk dan segera menyalakan lampu untuk penerangan didalam tenda.





Perut yang tadinya berdemo minta asupan, akhirnya sudah berhenti, setelah kami memakan asupan gizi khas pendaki yaitu Mie Instan, sosis, roti, dan tidak lupa kopi ☕








Awal bencana






Semakin malam badai semakin kencang yang menimbulkan bising yang membuat kami berempat susah untuk tidur. Rencana yang awalnya ingin melihat bintang⭐ ditengah malam akhirnya pupus, dan kami cuma bisa berpelukan didalam tenda karena dingin yang menusuk tulang.






Dingin



Takut




Itulah yang kami rasakan, badai yang kencang membuat pasak tiang tenda terlepas, yang membuat kami bergantian membenarkannya.

Saat itu giliran saya yang membetulkan pasak yang terlepas karna terjangan angin, ahhh sial dalam benakku,

Udah dingin gini








Ketika saya keluar dari tenda ⛺ perasaanku sudah tak enak, tubuh mengigil dan bulu kuduk mulai berdiri, karena tak ada rombongan lain selain kami.

Ahhhh benar saja








Saat saya menacapkan pasak yang terlepas dari kejauhan terlihat sosok hitam ⚫ yang sangat tinggi mendekati saya,





Awalnya saya kira itu pendaki eh ternyata semakin dekat sosok itu







Berbulu lebat hitam, mata yang bersinar merah, muka yang hitam, ahhh saya

teriak

teriak

Tolong

Setan woi






Saya sembari jatuh bangun akhirnya masuk dalam ⛺.

Didalam tenda kami tak bicara sepatah katapun, kami saling memeluk dengan perasaan takut.








Ditengah badai, pasak yang lepas kita hiraukan tanpa ada yang berani keluar untuk membenarkannya, akibat ketakutan.









Singkat cerita pagi pun datang dengan kabut yang menyelimuti, matahari yang sembunyikan di balik awan, seperti kami yang ketakutan.







Kami berempat akhirnya turun gunung dengan selamat sampai rumah.