lantung adalah pohon sejenis nangka yang banyak tumbuh di hutan-hutan di bengkulu. Pohon ini selain memiliki kulit yang tebal dan kaku, juga mempunyai serat yang tidak mudah putus, sehingga bisa dapat diolah menjadi barang cenderamata. Dalam pengolahan, kulit latung dilepaskan dari pohonnya dengan cara diketok, kemudian ditaburi bubuk bahan kimia untuk mencegah jamur. Dalam pembuatannya kulit lantung yang sudah berbentuk lembaran direbus dengan campuran bahan kimia hingga satu jam untuk menghilangkan getah. Setelah kering, kemudian dipres dan dipola sesuai dengan barang yang akan dibuat. Kerajian kayu lantung merupakan kerajinan khas bengkulu. Kulit kayu yang telah dipukul-pukul, dijemur, dan direbus biasanya dibuat tas, kopiah, sandal, dan perhiasan interior lain termasuk juga untuk kanvas lukis.

kulit kayu atau kulit pohon ternyata bisa dijadikan kerajinan yang menghasilkan uang. Di kota bengkulu, para perajin kulit kayu atau yang biasa disebut kulit lantung bisa meningkatkan kesejahteraan mereka dengan membuat kerajinan dari kulit pohon. Proses pembuatan cindera mata berbahan kulit kayu tidaklah sulit. Pekerjaan dimulai dengan membuat pola sesuai bentuk yang diinginkan untuk kemudian permukaan kulit kayu dilem. Setelah berbentuk desain, agar lebih menarik tak lupa diberi hiasan beraneka warna, dan kerajinan kulit lantung siap dijual.
Kerajinan kulit lantung bisa berupa miniatur tabot, kotak tisu, bingkai bunga raflesia, celengan, gantungan kunci, hingga tas. Harganya berkisar
antara rp 2.000 sampai rp 150 ribu per buah.

disebut-sebut sebagai produk khas dari provinsi bengkulu, ternyata kerajinan kulit lantung minim promosi, sehingga kurang dikenal. Lantung dari papua, kalimantan, atau palu justru yang dikenal oleh setidaknya orang asing peneliti kulit lantung dari amerika serikat.
Demikian disampaikan perajin kulit lantung dari askara art gallery bengkulu, sri minarsih, senin (26/3/2012). "sedih saya. Ternyata kerajinan kulit lantung dari papua lebih dikenal dibandingkan lantung dari bengkulu. Padahal, saya yang memasok bahan lantung ke papua sejak tahun 1995," tuturnya.
Minggu lalu, sri mengikuti seminar tentang kulit lantung di museum tekstil, jakarta. Salah seorang pembicara dalam kegiatan itu ialah prof michael c howard, seorang antropolog dari simon fraser university, british columbia. Ia memaparkan tentang keberadaan pemanfaatan kulit lantung di berbagai negara, termasuk indonesia.
Dokumentasi dan contoh-contoh pemanfaatan kulit lantung di indonesia di antaranya berasal dari palu, papua, dan kalimantan. Tidak ada satu pun yang berasal dari bengkulu. Padahal, kata sri, selama ini bengkulu memiliki potensi kulit lantung yang banyak. Bahkan, kulit lantung sudah diolah menjadi berbagai
produk kerajinan tangan seperti misalnya tas, hiasan interior, bingkai foto, topi, dan dompet.
"walaupun produk saya sudah banyak dikenal, ternyata promosi kerajinan kulit lantung masih kurang. Bengkulu sendiri tidak pernah serius mempromosikan produknya," kata peraih upakarti tahun 2009 itu.
Sri juga bercerita bahwa dirinya pernah satu pesawat dengan pejabat eselon ii di pemerintah provinsi bengkulu. Saat itu ia bercerita tentang potensi kerajinan kulit lantung di bengkulu tetapi pejabat tersebut tidak merespons dengan antusias cerita sri.